Jakarta - Capres Prabowo Subianto menyebut sejumlah nama kandidat menteri bila terpilih di Pilpres 2019. Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Media Survei Nasional, Rico Marbun menilai hal itu dilakukan Prabowo untuk memperluas jaringan pendukung dan menambah simpati masyarakat di Pilpres 2019...
Jakarta - Capres Prabowo Subianto menyebut sejumlah nama kandidat menteri bila terpilih di Pilpres 2019. Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Media Survei Nasional, Rico Marbun menilai hal itu dilakukan Prabowo untuk memperluas jaringan pendukung dan menambah simpati masyarakat di Pilpres 2019.
"Ini merupakan sarana untuk memperluas jaringan pendukung dan menambah simpati," ujar Rico saat dihubungi, Jumat (29/3/2019).
Rico lalu menganalisa disebutnya Penyidik Senior KPK Novel Baswedan yang menjadi calon Jaksa Agung jika nantinya Prabowo terpilih. Menurutnya, hal itu dilakukan Prabowo untuk menarik simpati masyarakat yang senang terhadap KPK, khususnya terhadap Novel.
"Dengan menjanjikan bahwa Novel Baswedan akan masuk ke dalam kabinetnya mau tidak mau (dengan) tokoh seperti Novel, itu berarti Prabowo ingin menarik simpati dari publik yang menganggap positif terhadap KPK. Bahkan kalau kita ingat sebagian besar milenial, kalau kita lihat datanya yang itu termasuk yang sekarang ini yang memilih Pak Jokowi itu punya persepsi positif terhadap KPK, terhadap Novel Baswedan," ungkapnya.
Rico melanjutkan, nama-nama lainnya seperti Ahmad Heryawan (Aher) juga akan digunakan untuk menarik pendukung lebih banyak lagi. Masuknya Aher dalam daftar calon kabinet Prabowo bertujuan untuk beradu dengan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK) yang merupakan pendukung Capres Petahana Joko Widodo (Jokowi).
"Kala tokoh kepala daerah di Jawa Barat, Ridwan Kamil itu mendukung Pak Jokowi, itu jelas bahwa Aher tokoh Jawa Barat juga itu mendukung Prabowo. Dan juga ada efek konsolidasi di situ," imbuhnya.
Menurut Rico, Prabowo jelas mengharapkan keuntungan elektoral dengan menyebut nama-nama dalam kabinetnya. Masih perlu dibuktikan apakah keuntungan elektoral itu akan didapatkan Prabowo atau tidak.
"Tapi rasa-rasanya sih itu akan punya pengaruh. Karena (kalau menyebutkan) kabinet tidak lazim, itu jarang. Bahkan dulu Prabowo saja seingat saya, atau di kampanye-kampanye Pilpres sebelumnya itu rasa-rasanya belum ada capres yang secara terbuka mengatakan bahwa dia akan merekrut si A, si B, si C akan menjadi calon menterinya ke depan, itu rasanya tidak akan dilakukan secara terbuka. Yang ada itu kan dilakukan secara tertutup," jelasnya.
Rico pun kembali menekankan, penyebutan nama calon kabinet di awal jelas merupakan salah satu metode dari Prabowo untuk menambah suara.
"Dia ingin memastikan bahwa tokoh-tokoh itu pemilihnya tidak bergeser lagi ke dua kaki. Misalnya AHY dia sebut, supaya pemilih Demokrat itu nyaman dengan kubu Prabowo, tidak ada lagi yang terbagi ke kubu Jokowi, jadi seluruhnya itu (pendukung Demokrat) masuk ke kubunya Prabowo. Begitu juga dengan menyebut Aher misalnya, Aher lawan Ridwan (di Jabar), kan begitu. Kemudian menyebutkan lagi Novel Baswedan, itu sama, dia ingin mengambil basis pemilu bisa masuk (ke kubunya) karena tokoh-tokoh itu," imbuhnya.
Simak Juga 'Prabowo Berapi-api Sebut AHY hingga Aher: Cocok Nggak Jadi Menteri?':
(nvl/fai)
"Ini merupakan sarana untuk memperluas jaringan pendukung dan menambah simpati," ujar Rico saat dihubungi, Jumat (29/3/2019).
Rico lalu menganalisa disebutnya Penyidik Senior KPK Novel Baswedan yang menjadi calon Jaksa Agung jika nantinya Prabowo terpilih. Menurutnya, hal itu dilakukan Prabowo untuk menarik simpati masyarakat yang senang terhadap KPK, khususnya terhadap Novel.
Rico melanjutkan, nama-nama lainnya seperti Ahmad Heryawan (Aher) juga akan digunakan untuk menarik pendukung lebih banyak lagi. Masuknya Aher dalam daftar calon kabinet Prabowo bertujuan untuk beradu dengan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK) yang merupakan pendukung Capres Petahana Joko Widodo (Jokowi).
"Kala tokoh kepala daerah di Jawa Barat, Ridwan Kamil itu mendukung Pak Jokowi, itu jelas bahwa Aher tokoh Jawa Barat juga itu mendukung Prabowo. Dan juga ada efek konsolidasi di situ," imbuhnya.
Menurut Rico, Prabowo jelas mengharapkan keuntungan elektoral dengan menyebut nama-nama dalam kabinetnya. Masih perlu dibuktikan apakah keuntungan elektoral itu akan didapatkan Prabowo atau tidak.
"Tapi rasa-rasanya sih itu akan punya pengaruh. Karena (kalau menyebutkan) kabinet tidak lazim, itu jarang. Bahkan dulu Prabowo saja seingat saya, atau di kampanye-kampanye Pilpres sebelumnya itu rasa-rasanya belum ada capres yang secara terbuka mengatakan bahwa dia akan merekrut si A, si B, si C akan menjadi calon menterinya ke depan, itu rasanya tidak akan dilakukan secara terbuka. Yang ada itu kan dilakukan secara tertutup," jelasnya.
Rico pun kembali menekankan, penyebutan nama calon kabinet di awal jelas merupakan salah satu metode dari Prabowo untuk menambah suara.
"Dia ingin memastikan bahwa tokoh-tokoh itu pemilihnya tidak bergeser lagi ke dua kaki. Misalnya AHY dia sebut, supaya pemilih Demokrat itu nyaman dengan kubu Prabowo, tidak ada lagi yang terbagi ke kubu Jokowi, jadi seluruhnya itu (pendukung Demokrat) masuk ke kubunya Prabowo. Begitu juga dengan menyebut Aher misalnya, Aher lawan Ridwan (di Jabar), kan begitu. Kemudian menyebutkan lagi Novel Baswedan, itu sama, dia ingin mengambil basis pemilu bisa masuk (ke kubunya) karena tokoh-tokoh itu," imbuhnya.
Simak Juga 'Prabowo Berapi-api Sebut AHY hingga Aher: Cocok Nggak Jadi Menteri?':
(nvl/fai)
Komentar
Posting Komentar