Bengkulu - Badan Restorasi Gambut (BRG) melakukan pemulihan atau restorasi pada 77.528 hektare ekosistem gambut di Jambi. Puluhan ribu hektar lahan gambut yang dipulihkan itu merupakan lahan gambut yang terbakar akibat Karhutla pada tahun 2015 silam."Kita tetap terus berwaspada karena kebakaran hutan d...
Bengkulu - Badan Restorasi Gambut (BRG) melakukan pemulihan atau restorasi pada 77.528 hektare ekosistem gambut di Jambi. Puluhan ribu hektar lahan gambut yang dipulihkan itu merupakan lahan gambut yang terbakar akibat Karhutla pada tahun 2015 silam.
"Kita tetap terus berwaspada karena kebakaran hutan dan lahan ini masih berpotensi terjadi. Maka dari itu upaya kita dalam mencegah karhutla itu dengan cara pembasahan lahan. Apalagi akibat kebakaran lahan, kerusakan gambut yang sangat parah memerlukan jangka panjang dalam pemulihan kondisi semula," kata Deputi Bidang Edukasi Sosial, Prtisipasi dan Kemitraan BRG, DR Myrna A Safitri dalam keterangannya, Selasa (30/4/2019).
BRG beserta Pemerintah Provinsi Jambi juga terus melakukan upaya aktif dalam mencegah terjadi kebakaran hutan dan lahan di Jambi. Melalui kegiatan revegetasi, pembasahan ekosistem gambut merupakan upaya awal dalam pencegahan terjadinya kebakaran di lahan gambut yang sedang dipulihkan.
Revalitasi sosial ekonomi bagi masyarakat juga telah dilakukan sebagai upaya program Desa Peduli Gambut agar upaya perbaikan lahan gambut yang telah rusak itu dapat berjalan lancar.
"BRG juga menargetkan wilayah konsensi perkebunan yang diolah oleh pemilik wilayah konsensi dan wilayah hutan produksi yang sebelumnya menjadi tanggung jawab restorasi kini dibebankan kepada pemerintah daerah, karena peran BRG adalah mensupervisi kontruksi, operasi dan pemeliharaan infrastuktur agar upaya restorasi dilaksanakan dengan optimal," ujarnya.
Sementara dari data yang dicatat oleh BRG sendiri luas areal target supervisi pada konsensi perkebunan adalah seluas 38.954 hektar dan pada area kehutanan adalah 43.656 hektar. Selain itu pelaksanaan supervisi BRG sendiri telah menjangkau seluas 11.950 hektar dan itu akan terus berkelanjutan.
Sejak tahun 2016 BRG bersama Pemda dan mitra LSM telah membangun infrastuktur pembasahan gambut (PIPG). Ditahun 2018 juga telah melaksanakan intervensi pembasahan gambut sebanyak 437 unit sekat kanal, 294 unit sumur bor, 125 hektar lahan yang berhasil direvegatasi. Kemudian 13 unit teknologi pemantau tinggi muka air (TMA) dilahan gambut juga telah terpasang demi memulihkan lahan gambut yang telah terbakar serta mencegah pula terjadinya kebakaran lahan.
"Kita bersyukur sekali saat ini bahwa titik panas atau hotspot di area target restorasi gambut BRG Jambi kini juga terus berkurang dari sebelumnya 10.56 titik panas pada trahun 2015 kini ditahun 2018 menjadi 43 titik panas. PIPG itu dibangun oleh BRG bersama mitra terkait bertujuan agar titik panas bisa terjadi turun signifikan di area lokasi infrastuktur pembasahan gambut (PIPG) itu," kata Deputi Bidang Perencanaan dan Kerjasama BRG, Dr Budi Wardhana.
Kelompok Ahli BRG juga menyebut saat ini potensi ekosistem gambut di Jambi sangat besar, selain untuk menyimpan cadangan karbon dan membantu menyelamatkan bumi dari ancaman pemanasan global. Lahan gambut juga dianggap dapat memajukan perekonomian masyarakat jika dikelola dengan baik tanpa adanya pembakaran.
Lahan gambut yang ada di Jambi juga dapat menghasilkan sebuah komoditas pangan yang ramah lingkungan dengan menggunakan teknik pengolaan tanpa harus dilakukan pembakaran lahan. Pengelolaan lahan tanpa pembakaran hasil pangan yang diolah dapat dipasarkan dengan baik.
"Sejauh ini BRG terus melakukan kegiatan-kegiatan penyiapan dan pemberdayaan terhadap masyarakat sekitar lahan gambut yang ada di Jambi dengan melalui Program Desa Peduli Gambut (DPG). Hal itu bertujuan untuk mencegah terjadi kebakaran hutan dan lahan kemudian juga berkontribusi pada peningkatan status kemajuan desa. Pada tahun 2017-2018 program DPG telah dilakukan dengan para mitra di 28 desa yang berada di 3 Kabupaten di Jambi yang memiliki lahan gambut yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur serta Kabupaten Muaro Jambi," tutur Budi.
(mae/mae)
"Kita tetap terus berwaspada karena kebakaran hutan dan lahan ini masih berpotensi terjadi. Maka dari itu upaya kita dalam mencegah karhutla itu dengan cara pembasahan lahan. Apalagi akibat kebakaran lahan, kerusakan gambut yang sangat parah memerlukan jangka panjang dalam pemulihan kondisi semula," kata Deputi Bidang Edukasi Sosial, Prtisipasi dan Kemitraan BRG, DR Myrna A Safitri dalam keterangannya, Selasa (30/4/2019).
Revalitasi sosial ekonomi bagi masyarakat juga telah dilakukan sebagai upaya program Desa Peduli Gambut agar upaya perbaikan lahan gambut yang telah rusak itu dapat berjalan lancar.
"BRG juga menargetkan wilayah konsensi perkebunan yang diolah oleh pemilik wilayah konsensi dan wilayah hutan produksi yang sebelumnya menjadi tanggung jawab restorasi kini dibebankan kepada pemerintah daerah, karena peran BRG adalah mensupervisi kontruksi, operasi dan pemeliharaan infrastuktur agar upaya restorasi dilaksanakan dengan optimal," ujarnya.
Sementara dari data yang dicatat oleh BRG sendiri luas areal target supervisi pada konsensi perkebunan adalah seluas 38.954 hektar dan pada area kehutanan adalah 43.656 hektar. Selain itu pelaksanaan supervisi BRG sendiri telah menjangkau seluas 11.950 hektar dan itu akan terus berkelanjutan.
Sejak tahun 2016 BRG bersama Pemda dan mitra LSM telah membangun infrastuktur pembasahan gambut (PIPG). Ditahun 2018 juga telah melaksanakan intervensi pembasahan gambut sebanyak 437 unit sekat kanal, 294 unit sumur bor, 125 hektar lahan yang berhasil direvegatasi. Kemudian 13 unit teknologi pemantau tinggi muka air (TMA) dilahan gambut juga telah terpasang demi memulihkan lahan gambut yang telah terbakar serta mencegah pula terjadinya kebakaran lahan.
"Kita bersyukur sekali saat ini bahwa titik panas atau hotspot di area target restorasi gambut BRG Jambi kini juga terus berkurang dari sebelumnya 10.56 titik panas pada trahun 2015 kini ditahun 2018 menjadi 43 titik panas. PIPG itu dibangun oleh BRG bersama mitra terkait bertujuan agar titik panas bisa terjadi turun signifikan di area lokasi infrastuktur pembasahan gambut (PIPG) itu," kata Deputi Bidang Perencanaan dan Kerjasama BRG, Dr Budi Wardhana.
Kelompok Ahli BRG juga menyebut saat ini potensi ekosistem gambut di Jambi sangat besar, selain untuk menyimpan cadangan karbon dan membantu menyelamatkan bumi dari ancaman pemanasan global. Lahan gambut juga dianggap dapat memajukan perekonomian masyarakat jika dikelola dengan baik tanpa adanya pembakaran.
Lahan gambut yang ada di Jambi juga dapat menghasilkan sebuah komoditas pangan yang ramah lingkungan dengan menggunakan teknik pengolaan tanpa harus dilakukan pembakaran lahan. Pengelolaan lahan tanpa pembakaran hasil pangan yang diolah dapat dipasarkan dengan baik.
"Sejauh ini BRG terus melakukan kegiatan-kegiatan penyiapan dan pemberdayaan terhadap masyarakat sekitar lahan gambut yang ada di Jambi dengan melalui Program Desa Peduli Gambut (DPG). Hal itu bertujuan untuk mencegah terjadi kebakaran hutan dan lahan kemudian juga berkontribusi pada peningkatan status kemajuan desa. Pada tahun 2017-2018 program DPG telah dilakukan dengan para mitra di 28 desa yang berada di 3 Kabupaten di Jambi yang memiliki lahan gambut yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur serta Kabupaten Muaro Jambi," tutur Budi.
(mae/mae)
Komentar
Posting Komentar