Lebih lanjut, Betmen mengatakan bahwa ia dan Anggun ingin mengingatkan hal penting bagi seniman dan para kreator di era saat ini, untuk terus mengarsipkan karyanya, apa pun media penyampaiannya.
"Selain menjadi referensi dan peta sejarah video musik di Indonesia, harapannya buku ini juga bisa jadi dorongan buat kreator, jangan lupa mengarsipkan karya-karyanya sejak dini. Mengarsipkan karya-karya personal itu sangat penting buat seniman," kata dia.
The Jadugar terbentuk pada awal tahun 2000-an, setelah terpengaruh oleh hadirnya MTV dan terbentuknya organisasi seni rupa kontemporer Ruang Rupa.
Bagi Anggun, tahun 2000-an merupakan masa transisi teknologi video analog ke digital dan mendorong kreativitas anak-anak muda kala itu.
"Video klip masa itu bisa dibilang bersifat naratif. Maka kita buat permainan visual di luar kelaziman sebagai bentuk kecintaan kita kepada seni rupa dan musik," kata Anggun.
Atas karya visioner mereka, kedua alumni IKJ itu kemudian semakin dikenal sebagai pembuat video musik untuk sejumlah band Indonesia seperti NAIF, Nidji, hingga Slank.
Buku "The Jadugar: 15 Tahun Mengobrak-abrik Video Musik Indonesia" terbagi menjadi tiga bagian utama yang berisikan tulisan dan kesan, kisah teman-teman The Jadugar, dan kumpulan arsip, gambar, potongan video, coretan, juga kisah-kisah di balik layar 48 video musik yang pernah mereka ciptakan.
Buku ini saat ini sudah bisa didapatkan di berbagai toko buku dan toko buku daring dengan harga Rp135 ribu.
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
COPYRIGHT © ANTARA 2020
(Sumber : https://writenes.blogspot.com/2020/01/mengulik-perjalanan-seni-visual-jadugar.html )
Note* Halaman ini berisi cliping artikel silahkan buka link sumber untuk informasi lebih lengkap
Komentar
Posting Komentar